Kenoto Dalam Perkawinan Adat Sabu

Istilah Kenoto adalah bahasa sabu asli. istilah ini tidak ditemukan dalam kamus apapun. Arti sebenarnya dari kenoto itu ialah tempat siri pinang yang terbuat dari daun lontar dan kusus di pakai oleh kaum pria. Sedangkan tempat sirih pinang yang kusus di pakai wanita namanya Kepepe. Kedua-duanya terbuat dari lontar dan sesekali ada juga yang di buat dari daun pandan hutan yang biasa hidup di pinggir kali.

Seorang pria yang sudah menanjak dewasa, pada waktu dulu di tandai dengan ciri-ciri seperti memotong gigi dan menyandang tempat sirih. Mereka yang tidak memotong gigi akan menerima sindiran, cercaan dan bahasa-bahasa lainnya yang kurang enak didengar. sering di juluki bergigi kuda, pagar tidak serasi dan sebagainya. Memotong gigi itu sekaligus menyerasikan letak gigi. Setelah memotong gigi, di ikuti dengan kebiasaan memamah sirih pinang. Sirih pinang itu selalu di kantongi kemana saja pergi. tempat menaruh sirih pinang itulah yang dinamai kenoto. Kedua ciri tersebut di atas adalah kisah awal mulanya keberadaan kenoto dan hal itu berlaku pada jaman atau generasi terdahulu.

Di akui bahwa jejaka atau pemuda masa kini tidak seperti yang di kisahkan di atas. Pada perkembangan selanjutnya kenoto itu di pakai sebagai simbol dalam acara perkawinan adat Sabu dan Raijua. Di katakan sebagai simbol, karena tidak digunakan secara langsung tempat aslinya yang biasa dipakai menaruh sirih pinang itu tetapi dalam bentuk yang lain, seperti dulang atau tempat lain yang kemudian di bungkus rapi dengan kain putih atau kuning lalu di bawa pada waktu acara itu akan berlangsung.
Proses penggunaan Kenoto
Pada awal pertama sang jejaka atau pemuda menyatakan isi hatinya kepada para orang tua bahwa ia mencintai gadis tertentu, hal itu di musyawarahkan dalam keluarga. Sebagai langkah awal setelah kelompok orang tua menyepakati maksud itu, di tetapkan waktu untuk mengadakan acara perkenalan. Acara perkenalan itu mengandung arti:
a. Benar-benar perkenalan karena kedua belah pihak saling mengenal
b. Sudah saling mengenal namun dalam jarak yang terbatas kali ini dimaksudkan perkenalalan itu lebih rapat dan akrab.

Tahap perkenalan itulah yang disebut “Ore Lii”. Ore Lii mengandung arti menanyakan pendirian si gadis yang tentunya tidak terlepas dari pendirian orang tua (ayah atau ibunya). Manakala perkenalan itu tidak di terima baik oleh sang gadis dan kedua orang tuanya, maka acaranya berakhir disitu saja dan tidak berlkanjut lagi dan hanya cukup sampai taraf pengenalan saja. Tetapi jika perkenalan itu positif , maka acara perkenalan itu sudah di anggap tanda awal satu ikatan dan di namai Ta Lale La. Artinya batangnya di ikat atau di beri tanda atau di toreh.

Kebiasaan orang sabu dan raijua kalau mau memanjat pohon kelapa atau lontar, batangnya di toreh untuk tempat injakan sekaligus menjadi tanda. Hal itu memberi tanda atau isyarat bahwa gadis itu sudah diikat dan sudah ada yang punya, sehingga tidak ada lagi peluang bagi pemuda lain untuk menggoda.

Seturut adat sabu dan raijua pada waktu perkenalan itu tidak membawa apa-apa berupabingkisan atau cinderamata. Dua atau tiga orang sebagai utusan keluarga (orang tua) hanya mengantongi sirih pinang yang di taruh dalam kenoto atau woerri saja. Woerri itu adalah sebuah tempat sirih pinang yang terbuat dari kain biasa. Sebagai tanda bahwa kedatangan orang tua atau utusan dari pihak lelaki ada mengandung maksud tertentu. Maka pada saat memasuki rumah sang gadis para utusan itu mencium orang tua dan saudara dari si gadis. Ciuman itulah yang menjadi pokok awal pertanyaan sang orang tua gadis tentang maksud kedatangan utusan orang tua lelaki itu.

Utusan orang tua lelaki dengan segala tata krama dan penuh kesopanan mengungkapkan isi hati mereka . setalah acara perkenalan itu berlangsung maka kedua pihak menyepakati atau menetukan waktu untuk peminangan. Secara formal dan resmi di ketahui oleh seluruh keluarga, justru saat peminangan itu. Itulah yang dinamai masuk minta (peminangan)

Memang di akui pada saat pertama kali perkenalan para orang tua secara implisit sudah mengandung arti masuk minta, karena sudah meminta isi hati atau pendirian sang gadis. Namun itu baru taraf penjajakan awal untuk mengetahui tentang keadaan pendirian sang gadis juga belum diketahui oleh seluruh keluarga.
Pada waktu peminangan (masuk minta) itu keluarga rapat dari dari sang gadis di hadirkan. Dari pihak lelaki juga yang hadir hanyalah pihak keluarga rapat. Bawaan lelaki pada waktu peminangan itu dapat berupa:
a. Hanya sirih pinang semata dilengkapi kapur mamah, tembakau seadanya dan tidak ada lain-lain lagi. Sirih pinang itu bersyarat:
1. Sirih yang masih bertangkai secukupnya.
2. Pinang mud dengan tangkainya secukupnya
3. Pinang kering yang sudah di kebat dalam lidi lontar atau kelapa
4. Pinang iris yang kering secukupnya.
Bawaan itulah yang biasa disebut kenoto iki atau kenoto kecil. Dikatakatan kecil karena isinya masih bersifat sederhana. Sirih pinang bersyarat tersebut di atas juga akan menjadi bawaan pada waktu acara kenoto secara resmi dilaksanakan selain syarat lain yang di tentukan oleh pihak wanita.

b. Sirih pinang secukupnya bersama kain baju kain celana.
Biasanya barang bawaan pada waktu peminangan itu hanya menurut adat dan kebiasaan saja, dan tidak ada penentuan dari pihak wanita. Belum ada pihak yang menentukan, baik jenis maupun jumlahnya. Mustahil kalau ada yang menentukan sebelum peminangan atau masuk minta. Ada sebagian orang sabu mengatakan bahwa peminangan itu sudah merupakan kenoto resmi. Tentu saja pemahaman seperti itu tidak berdasakan prosedur dan akal sehat.
Dari segi bawaan, apa yang mau dibawa sedangkan belum ada pertemuan resmi dengan keluarga perempuan. Kalau pertwmuan awal (perkenalan) itu sudah dianggap pertemuan resmi, apakah anak perempuan itu semacam barang di toko yang begitu dilihat lalu tertarik langsung ditawarkan untuk dibeli tanpa ada lagi perkenalan keakraban antara kedua pihak keliuarga atau orang tua.
Prosedur dan langkah-langkah yang tepat adalah
- Perkenalan (Ore Lii)
- Peminangan (masuk minta)
- Kenoto (nikah adat)
- Nikah (secara agama dan pemerintah)
Title: Kenoto Dalam Perkawinan Adat Sabu; Written by Unknown; Rating: 5 dari 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar